Pernah nggak sih, lo dateng ke warkop, cuma mau ngopi santai, tapi entah kenapa tiba-tiba semua jadi nggak terkontrol? Tadi lo cuma pengen nikmatin secangkir kopi hangat, terus tiba-tiba jadi terlibat dalam drama yang nggak ada habis-habisnya. Ya, itu yang terjadi waktu gue lagi nongkrong di warkop langganan gue, di tempat yang setiap sudutnya terasa familiar, tapi kali ini, atmosfernya beda banget.
Warkop itu kan tempat paling aman buat ngelamun, kan? Lo bisa duduk, nge-klik hape, liat orang lewat, atau sekadar menatap kosong ke luar jendela sambil nunggu kopi yang dibikin dengan penuh ketelitian, biar lo bisa merasa lebih hidup, lebih tenang. Tapi, siapa yang tahu kalau di balik secangkir kopi itu, ada lebih banyak yang sedang terjadi?
Hari itu gue datang ke warkop tanpa niat apa-apa. Jujur aja, gue butuh waktu untuk diri sendiri. Dari pagi sampai siang, gue udah disibukin sama kerjaan yang nggak ada habis-habisnya. Jadi, gue putusin untuk ke warkop, duduk, dan menikmati kopi yang rasanya selalu sama, yang selalu bikin gue merasa sejenak jauh dari dunia luar.
“Sekali lagi, kopi hitam, Bang,” kata gue ke barista, sambil nyodorin uang yang pas banget buat bayar kopi dan kembalian lima ribu yang biasa gue dapet. Tanpa banyak bicara, barista itu mulai ngolah kopi yang bakal gue nikmatin.
Gue duduk di pojok, ngeliat warkop yang mulai rame. Beberapa orang duduk santai, ada yang ngobrol ringan, ada yang serius banget kayak lagi rapat bisnis. Di meja sebelah, ada pasangan muda yang lagi asik ngobrol. Seperti biasa, gue nggak terlalu peduli, karena disini, gue cuma mau kopi dan ketenangan. Tapi, entah kenapa hari itu, suasananya nggak bisa dibilang tenang.
Di tengah kebisingan yang nggak seberapa, tiba-tiba aja kopi gue tumpah. Bukan tumpah ke meja, tapi bener-bener tumpah ke celana gue. Dan ya, tentu saja, gue nggak bisa diam. Gue langsung bengong, menatap noda kopi yang semakin nyebar. Kopi hitam, dong, jadi bintik hitamnya bisa bikin seluruh celana gue jadi bekas corat-coret nggak jelas.
“Duh, maaf banget, Bang,” kata barista yang langsung kelimpungan. Dia buru-buru ngelap meja dan bersihin lantai, tapi masalahnya nggak cuma itu. Gue tahu, celana gue udah rusak parah dan gue merasa nggak nyaman banget.
Tapi, bukan itu yang bikin hari itu jadi berkesan. Di meja sebelah, pasangan muda itu ternyata lagi berantem. Cuma karena masalah sepele. Gue nggak tahu kenapa, tapi warkop selalu jadi tempat yang sempurna buat orang bertengkar. Mungkin ada yang bilang, suasana hangat kopi yang bikin orang jadi lebih emosional. Gue nggak tahu. Tapi yang gue lihat, pasangan itu tiba-tiba jadi saling lempar kata-kata kasar, dan gue yang tadinya nggak ada urusan sama sekali, malah jadi ikut merhatiin.
Gue cuma berharap kopi gue bisa ngilangin rasa malu, tapi ternyata, gue malah jadi bagian dari drama mereka.
“Emang, lo pikir gue nggak cukup baik buat lo? Gue udah ngorbanin banyak hal buat hubungan ini,” kata cewek itu, sambil matanya mulai berkaca-kaca. Gue bisa denger, meskipun mereka nggak ngomong keras-keras. Sementara cowoknya cuma diam, tangan di meja, sambil ngeliatin cewek itu dengan tatapan yang entah apa.
Gue jadi mikir, kadang hubungan itu rumit banget. Ada yang nggak kelihatan, ada yang nggak bisa dijelasin, dan mungkin di luar sana, banyak banget orang yang mengalami hal sama kayak mereka. Masalah mereka bisa jadi masalah besar buat orang lain, sementara bagi gue, itu cuma drama yang berlangsung dalam sekejap. Seiring dengan itu, gue merhatiin barista yang buru-buru ngasih gue gelas baru buat kopi yang baru. Gue senyum aja, dan agak bingung, ngeliat pasangan itu yang masih dalam kekalutan.
Dan di sinilah, gue mulai berpikir. Warkop, tempat yang tadinya cuma jadi pelarian gue dari dunia yang ribet, malah jadi tempat di mana gue belajar banyak hal. Gimana gue bisa tiba-tiba jadi bagian dari drama orang yang nggak pernah gue kenal sebelumnya? Gimana sebuah tumpahan kopi bisa jadi titik awal pertemuan yang nggak terduga?
Kadang, gue merasa hidup itu sama kayak kopi tumpah. Kita udah ngerencanain semuanya dengan baik, tapi tiba-tiba ada yang nggak sesuai ekspektasi. Tapi, setelah kita berusaha untuk ngebersihin semuanya, ada kejutan baru yang muncul. Terkadang, setelah drama yang nggak terduga, ada hal-hal baru yang bisa dipelajari, ada kebijaksanaan yang bisa diambil, dan tentu saja, ada kesempatan untuk memulai kembali.
Jadi, mungkin memang begitulah hidup. Bukan tentang tumpahnya kopi, tapi bagaimana kita bisa menikmati tiap momen, meski terkadang tumpah atau gagal. Karena, seperti yang gue pelajari hari itu, drama selalu ada. Tapi, mungkin, ada keindahan di dalamnya.